Resmi dilantik! Regenerasi BKKBM IIQ Jakarta Periode 2025-2026

-

 



Badan Kelengkapan Keluarga Besar Mahasiswa (BKKBM) Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta periode 2025-2026 resmi dilantik, Jumat (28/2/2025). Acara tersebut mengusung tema “Transformasi Kepemimpinan sebagai Pilar Penguatan Organisasi yang Progresif dan Dinamis”.

Acara Pelantikan BKKBM diselenggarakan di Aula IIQ Jakarta, dihadiri oleh  Rektor IIQ Jakarta, Dr. Hj. Nadjematul Faizah, S.H., M.Hum., Warek III IIQ Jakarta, Hj. Muthmainnah, MA., Dekan Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam, Dr. Syarif Hidayatullah, MA., Dekan Fakultas Tarbiyah, Dr. Syahidah Rena, M.Ed., Ketua Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam, M. Hizbullah S.Kom.I., M.A., Kepala Biro Akademik dan Kemahasiswaan, Iffaty Zamimah, MA., Kepala Bagian Kemahasiswaan dan Alumni, Robiatul Adawiyah, M.Pd.

Acara pelantikan juga dihadiri oleh perwakilan Forum Ukhuwah Mahasiswa Sumatera (FUMAS) Jakarta, Keluarga Mahasiswa dan Alumni (KMA) Jambi Universitas PTIQ-IIQ Jakarta, Jam’iyyah Mudarasah Al-Qur'an (JMQ) Jakarta, Korps Mahasiswa Penghafal dan Pengkaji Al-Qur'an (KOMPPAQ), Persatuan Mahasiswa Bugis Makassar (PMBM), PMII Kebayoran Lama, HMI Koordinator Komisariat PTIQ-IIQ Jakarta, dan para pengurus BKKBM baru.

Para mahasiswa yang bergabung dalam susunan BKKBM IIQ Jakarta periode 2025-2026, terdiri dari Organisasi Senat Mahasiswa (SEMA), Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Institut dan Fakultas, dan 3 Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM).

Prosesi pelantikan diawali dengan pembacaan Surat Keputusan Rektor IIQ Jakarta tentang pengangkatan pengurus BKKBM, yang kemudian secara resmi dilantik oleh Wakil Rektor III IIQ Jakarta, Hj. Muthmainnah, MA. Sementara itu, pelantikan pengurus Dema Fakultas diresmikan oleh Dekan masing-masing fakultas. Prosesi pelantikan diakhiri dengan pembacaan ikrar  secara khidmat diikuti oleh seluruh pengurus BKKBM yang baru dilantik.

Dalam sambutannya, Rektor IIQ Jakarta, Dr. Hj. Nadjematul Faizah, S.H., M.Hum., menyampaikan ucapan selamat kepada seluruh anggota BKKBM yang baru dilantik, sekaligus mengungkapkan apresiasi kepada anggota BKKBM periode lalu. Beliau mengimbau khusus kepada Kementerian Luar Negeri, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Komunikasi, Media, dan Informasi, serta Lembaga Pers, agar dapat proaktif dalam menghadiri seminar, workshop, dan kuliah umum, baik nasional maupun internasional, yang dilaksanakan di lingkungan kampus, pesantren maupun eksternal. Selain itu, Ibu Rektor juga berharap adanya kontribusi dari pengurus BKKBM dalam mewujudkan IIQ Jakarta sebagai green campus dengan menjaga kebersihan lingkungan yang selaras dengan ajaran Islam sebagai way of life.

“Menjadi pengurus BKKBM adalah proses menuju kedewasaan.” Tutur Dr. Hj. Nadjematul Faizah, S.H., M.Hum. Pernyataan tersebut menunjukkan tantangan yang harus dihadapi oleh seluruh pengurus BKKBM untuk berintegrasi serta mengelola waktu secara optimal guna mencapai keseimbangan antara peran dalam berorganisasi, kewajiban tahfidz, dan tanggung jawab akademik.

Acara ditutup dengan doa bersama yang dipimpin oleh Ketua Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam, M. Hizbullah S.Kom.I., M.A.

Selamat kepada seluruh pengurus BKKBM IIQ Jakarta periode 2025-2026. Semoga dapat menghadirkan sebuah organisasi yang progresif, adaptif dan inovatif.

Penulis: Adilah Hidayati

proffreader : Hanifah Jawahir

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Perjalanan Tanpa Akhir: Kisah Nafisatul Millah

-
Image
Dari panggung musabaqah tingkat lokal hingga kancah internasional, nama Nafisatul Millah, terus bersinar. Mahasiswi semester 6 ini dikenal dengan segudang prestasi Qur’ani, khususnya di bidang Hifdzil Qur’an. Meski namanya sudah melambung, Millah, demikian ia akrab disapa, tetap rendah hati. Perjalanan Millah sebagai penghafal Al-Qur’an dimulai sejak ia duduk di bangku SD, dengan bimbingan langsung dari kedua orang tuanya dan guru Qur’an pertamanya, umi Nur Fadhilah. Tapi tekadnya dalam menghafal Al-Qur’an baru benar-benar tumbuh tatkala ia masuk pesantren Al-Kautsar di usia 14 tahun, di bawah asuhan Buya Muhammad Ali. Di sana, Millah mulai serius menghafal Al-Qur’an hingga khatam di usia 18 tahun. Selama lima tahun proses ziyadah, Millah tak hanya fokus pada menambah (ziyadah), tetapi diseimbangkan dengan muraja’ah yang konsisten. Awalnya, porsi muraja’ah satu juz per hari, kemudian ketika hafalannya mencapai 10 juz, porsi muraja’ah tersebut bertambah dua juz setiap harinya, dan ter...
Read more

Berjuang di Tengah Deru Mesin: Kisah Febra, Mahasiswi Ojol yang Tak Menyerah pada Keadaan

-
Image
Akhir tahun 2018 menjadi titik balik dalam hidup Febra Lusi Yana (kini ia adalah seorang mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Dakwah di Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta semester 2). Terpaksa meninggalkan bangku kuliah karena melewati batas semester, ia tidak larut dalam keterpurukan. Demi bertahan hidup, ia mulai menjemput rezeki di jalanan sebagai pengemudi ojek online. Bukan karena pilihan, melainkan keadaan yang memaksa. Namun, di tengah kerasnya jalanan ibu kota, Febra tak pernah melepaskan satu harapan besar: melanjutkan kuliah. “Targetku waktu itu kuliah di Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta. Soalnya cuma di sini ada jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir tanpa batasan umur," ujarnya penuh semangat. Bagi Febra, pendidikan adalah cahaya, dan ia siap mengejarnya meski harus melalui jalan terjal. Namun, perjalanan Febra menuju bangku kuliah di Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta jauh dari kata mudah. Pada tahun 2019, biaya masuk mencapai hampir 8 juta rupiah, mesk...
Read more

Sayaka: Perjalanan Hati dari Negeri Sakura ke IIQ Jakarta

-
Image
  "Terus semangat, ingat alasanmu memulai, dan tujuannya. Insya Allah, semua usaha akan membuahkan hasil." Itulah pesan singkat penuh makna dari Sayaka, seorang mahasiswi Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta semester 4 asal Jepang yang memilih menempuh pendidikan di Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta. Perjalanannya dari Negeri Sakura ke Indonesia bukan sekadar mencari ilmu, tapi juga tentang menemukan kedamaian dalam identitasnya sebagai Muslimah di tengah minoritas. Lahir di Tokyo dan besar di Chiba, Sayaka sudah mengenal Islam sejak kecil berkat didikan sang ibu yang berasal dari Indonesia. Namun, tumbuh sebagai Muslimah di Jepang, dengan populasi muslim kurang dari 1%, tentu tidak mudah. "Di Jepang, makanan halal sulit ditemukan, masjid jarang, dan diskusi tentang Islam pun sangat terbatas," ujarnya. Ketertarikannya pada Indonesia bermula dari kenyamanan yang ia temukan di negeri dengan mayoritas muslim, masjid di setiap sudut, dan komunitas yang ramah. Ditam...
Read more