Resensi Buku: “Dia Adalah Kakakku”

 

Judul Buku: Dia Adalah Kakakku

Penulis: Tere Liye

Penerbit: SABAKGRIP

Tahun Terbit: 2024

Tebal Buku: 346 Halaman

Cover Buku:



A.      Pendahuluan

Dia adalah kakakku” merupakan judul baru dari novel “Bidadari-bidadari surga”, sebuah karya fiksi dari Tere Liye. Penulis asal Indonesia ini terkenal dengan ragam karya fiksinya yang selalu mengagumkan. Novel ini berhasil membawa pembaca untuk masuk ke dalam kehidupan sebuah keluarga yang penuh perjuangan dan cinta kasih, khususnya tentang ketulusan seorang kakak terhadap adik-adiknya.

Di balik kesuksesan seseorang, pasti selalu ada sosok yang berperan besar di belakangnya. Laisa, si sulung dalam novel ini, merelakan seluruh hidupnya demi mewujudkan setiap mimpi empat  adiknya. Ia selalu menepati janjinya sebagai kakak, begitu pula janji untuk menjaga adik-adiknya kepada almarhum sang Bapak. Kasih sayangnya melampaui perkiraan adik-adiknya, bahkan ia sampai menyembunyikan semua rasa sakit yang dideritanya.

B.       Sinopsis

Kisah ini di awali dengan sebuah pesan singkat yang dikirim oleh Mamak kepada empat orang adik Laisa, yaitu Dalimunte, Wibisana, Ikanuri, dan Yashinta, untuk segera pulang ke kampung halamannya di Lembah Lahambay. Pesan yang selama ini disembunyikan Mamak lantaran tak pernah Laisa izinkan untuk dikirim kepada adik-adiknya. Semua terlalu tiba-tiba, namun tak perlu disuruh dua kali, mereka berempat langsung meninggalkan semua urusan. Dalimunte harus menyudahi pembicaraannya pada acara konferensi tingkat dunia, Wibisana dan Ikanuri segera membatalkan pertemuan bisnis pentingnya di Roma, dan 20 ribu kilometer dari langit Roma, si bungsu Yashinta langsung meninggalkan proyek penelitian dan langsung turun dari puncak gunung Semeru.

Di tengah perjalanan pulang, mengalir cerita masa kecil Laisa dan adik-adiknya yang penuh keceriaan dan haru. Mengenang perjuangan Laisa yang rela putus sekolah dan bekerja keras membantu Mamak di ladang agar keempat adiknya bisa tetap bersekolah. Kak Laisa, yang membela hasil penelitian Dalimunte di hadapan para penduduk Lembah Lahambay yang meragukannya. Kak Laisa, yang rela mati demi melindungi Wibisana dan Ikanuri saat nyaris diterkam sang penguasa Gunung Kendeng. Kak Laisa, yang selalu sabar menghadapi rasa keingintahuan besar Yashinta terhadap hewan-hewan di alam.

Lantas, seperti apa sebenarnya kehidupan pribadi Laisa? Benarkah ia bahagia di Lembah Lahambay, atau justru menyimpan luka mendalam? Bagaimana Laisa menerima cemooh para tetangga mengenai perbedaan fisik dirinya dengan adik-adiknya? Dan dengan segala keterbatasannya tersebut, dapatkah Laisa meraih ketulusan cinta?

C.       Kelebihan

Dengan kekayaan imajinasinya, Tere Liye berhasil menggugah emosi pembaca. Pengorbanan, kasih sayang, penerimaan diri, dan kerja keras, semuanya bercampur dan menghasilkan kisah yang penuh haru. Tidak sedikit orang mengalami kisah serupa di kehidupan nyata, yang membuat cerita ini terasa sangat dekat. Novel ini semakin menarik dengan karakter tiap tokoh yang memiliki ciri khas berbeda-beda serta konsisten dari awal hingga akhir cerita. Selain itu, latar yang digambarkan oleh penulis begitu detail, sehingga mampu membuat pembaca membayangkan betapa indahnya tempat yang diceritakan.

D.      Kekurangan

Bagi sebagian pembaca, alur maju mundur dalam novel ini mungkin terasa sulit dimengerti. Transisi antar alur yang terlalu cepat, mendorong pembaca harus memperhatikan dengan saksama agar tidak keliru mengira bahwa bab ini masih membicarakan masa kini atau masa lalu. Selain itu,  akhir cerita yang menggantung mungkin cenderung kurang diminati para pembaca, karena dapat menimbulkan banyak pertanyaan yang tidak terjawab, sehingga para pembaca dibiarkan bertanya-tanya mengenai kehidupan para tokoh selanjutnya.

E.       Kesimpulan

Buku ini sangat direkomendasikan untuk dibaca, terutama bagi pembaca berusia 13 tahun ke atas. Kisahnya dapat menginspirasi pembaca untuk terus berjuang demi keluarga, belajar damai dan ikhlas menerima keterbatasan diri, serta menghargai setiap momen dalam kehidupan. Selain itu, novel ini juga mengingatkan bahwa kasih sayang dalam keluarga begitu besar, hingga seseorang dapat rela berkorban demi masa depan orang-orang yang dicintainya.

Penulis: Aisya Humaira

Proofreader: Adilah Hidayati

 

 

 

 

Comments

Popular posts from this blog

Perjalanan Tanpa Akhir: Kisah Nafisatul Millah

Berjuang di Tengah Deru Mesin: Kisah Febra, Mahasiswi Ojol yang Tak Menyerah pada Keadaan

Sayaka: Perjalanan Hati dari Negeri Sakura ke IIQ Jakarta