Menghidupkan Al-Qur’an di Tengah Zaman: Refleksi dan Aksi di IIQ Fest 2025


Jakarta, 30 Mei 2025 – Di tengah arus perubahan zaman yang terus bergerak cepat, Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta kembali menegaskan eksistensinya melalui perayaan Hari Lahir (Harlah) yang dirangkai dalam sebuah festival penuh makna: IIQ Festival 2025. Tahun ini, festival tersebut mengusung tema: “Mengukir Peradaban Mulia Bersama Al-Qur'an: Dari Hati Menuju Aksi yang Bermakna.”

Lebih dari sekadar seremoni tahunan, IIQ Festival menjadi ruang reflektif dan aktualisasi nilai-nilai Qur’ani yang dihidupkan secara nyata oleh sivitas akademika. Seperti yang disampaikan oleh Salsabila Ismanita, Presiden DEMA IIQ Jakarta, Harlah kali ini adalah momen berharga untuk meninjau kembali perjalanan panjang IIQ dalam mencetak generasi Qur’ani.

“Refleksi paling penting yang ingin kami angkat tahun ini adalah bagaimana IIQ tetap konsisten menjaga identitas keilmuannya sebagai perguruan tinggi berbasis Al-Qur’an, meski tantangan zaman terus berubah,” ungkapnya.

Menurut Amelia Setyawati, Ketua Pelaksana IIQ Festival 2025, festival ini menjadi cerminan nyata wajah IIQ yang tak hanya unggul secara akademik, tetapi juga aktif, kreatif, dan dekat dengan masyarakat. 

“Budaya Islam ditampilkan dengan cara yang kekinian. Mahasiswa pun terlibat langsung, sehingga mereka bisa mengembangkan soft skills dan nilai-nilai Qur’ani dalam kehidupan nyata,” tutur Amelia.

Hal serupa ditegaskan oleh Salsabila. Baginya, IIQ Fest berhasil menonjolkan kekuatan utama IIQ, yaitu keilmuan Qur’ani dan kreativitas mahasiswa. Acara ini menunjukkan bahwa IIQ adalah kampus yang dinamis, terbuka terhadap kolaborasi, serta siap melangkah lebih jauh di tingkat nasional maupun internasional.

Berbagai lomba dalam IIQ Festival menjadi wujud konkret bahwa visi IIQ bukan sekadar slogan, melainkan benar-benar dihidupkan dalam praktik. Lomba-lomba seperti Musabaqah Hifzhil Qur’an (MHQ), Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ), Musabaqah Syarhil Qur’an (MSQ), Debat Islami, Karya Tulis Ilmiah Al-Qur’an, Storytelling, Solois Religi, dan lainnya menjadi sarana untuk menyalurkan potensi, sekaligus memperkuat literasi dan semangat keislaman yang kontekstual.

 “Melalui lomba-lomba ini, mahasiswa menunjukkan bahwa ilmu yang dipelajari tidak hanya berhenti di ruang kelas, tetapi benar-benar memberi manfaat bagi masyarakat,” ujar Amelia.

Lebih jauh, IIQ Fest digagas sebagai strategi jangka panjang untuk mengokohkan posisi IIQ dalam dunia keilmuan Islam. Harapannya, IIQ tidak hanya dikenal sebagai kampus khusus perempuan dan para penghafal Qur’an, tetapi juga sebagai institusi yang mencetak kader-kader intelektual Qur’ani yang siap berkompetisi secara global.

“Kami ingin IIQ Fest bukan hanya ajang promosi, tapi menjadi ruang strategis untuk menunjukkan kemampuan dan memperluas jaringan di tingkat nasional maupun internasional,” ungkap Salsabila.

IIQ Festival bukan sekadar rutinitas tahunan, tetapi ruang aktualisasi nilai-nilai Qur’ani yang menjadi inti dari visi kampus. Dengan keterlibatan aktif mahasiswa, dosen, dan para mitra eksternal, acara ini memperlihatkan karakter unik IIQ sebagai kampus perempuan yang religius, ilmiah, dan solutif.

“Ini bukan hanya perayaan sejarah, tapi juga peneguhan jati diri dan arah masa depan IIQ,” pungkas Salsabila.

Sebagai penutup seluruh rangkaian, puncak acara IIQ Festival akan digelar pada 31 Mei 2025. Acara ini akan dimeriahkan oleh penampilan Hadroh dari LSBM, Orkestra IIQ Jakarta, penampilan finalis Duta IIQ, dan penampilan khusus dari panitia. Semua penampilan dirancang sebagai ekspresi seni dan spiritualitas yang menyatu, sekaligus simbol kolaborasi dan kerja kolektif seluruh sivitas kampus.

Dengan tema dan semangat yang diusung tahun ini, IIQ Festival tidak hanya menjadi ajang selebrasi, melainkan juga langkah nyata dalam mengukir peradaban mulia bersama Al-Qur’an. Dari hati menuju aksi yang bermakna.

Penulis: Ayfia Amireyl Fitrothy

Proofeader: Aisya Humaira

Comments

Popular posts from this blog

Perjalanan Tanpa Akhir: Kisah Nafisatul Millah

Berjuang di Tengah Deru Mesin: Kisah Febra, Mahasiswi Ojol yang Tak Menyerah pada Keadaan

Sayaka: Perjalanan Hati dari Negeri Sakura ke IIQ Jakarta