Berjuang di Tengah Deru Mesin: Kisah Febra, Mahasiswi Ojol yang Tak Menyerah pada Keadaan
Akhir tahun 2018 menjadi titik balik dalam hidup Febra Lusi Yana (kini ia adalah seorang mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Dakwah di Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta semester 2). Terpaksa meninggalkan bangku kuliah karena melewati batas semester, ia tidak larut dalam keterpurukan. Demi bertahan hidup, ia mulai menjemput rezeki di jalanan sebagai pengemudi ojek online. Bukan karena pilihan, melainkan keadaan yang memaksa. Namun, di tengah kerasnya jalanan ibu kota, Febra tak pernah melepaskan satu harapan besar: melanjutkan kuliah. “Targetku waktu itu kuliah di Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta. Soalnya cuma di sini ada jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir tanpa batasan umur," ujarnya penuh semangat. Bagi Febra, pendidikan adalah cahaya, dan ia siap mengejarnya meski harus melalui jalan terjal.
Namun, perjalanan Febra menuju bangku kuliah di Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta jauh dari kata mudah. Pada tahun 2019, biaya masuk mencapai hampir 8 juta rupiah, meski bisa dicicil tetap menjadi tembok besar pertama yang harus dihadapi. Belum sempat menata langkah, pandemi COVID-19 datang menghantam lebih keras. “Mau makan aja susah, apalagi kuliah,” kenangnya lirih. Selama dua hingga tiga tahun masa pandemi, Febra bertahan hidup semata-mata dari hasil mengojek. Tempat tinggalnya pun serba sederhana, sebuah ruko kosong bekas lapak pecel lele yang ia sewa hanya untuk bisa berlindung dari kerasnya malam ibu kota. Tapi meski hidup memojokkannya, harapan itu tak pernah padam.
“Waktu itu, kadang sebulan cuma dapat Rp100.000-an, paling besar Rp1.500.000. Di Jakarta, itu bisa buat apa?” katanya sambil tertawa kecil, tawa yang lebih mirip upaya menertawakan getir hidup yang sudah terlalu akrab dengannya.
Di tengah perjuangan yang seolah tak berujung, tubuh Febra pun ikut menyerah. Ia pernah jatuh sakit, berat badannya anjlok drastis dari 55 kg menjadi hanya 38 kg. Namun pulang kampung bukanlah pilihan. “Saya gak bisa pulang ke Padang. Orang tua saya punya harapan besar. Masa saya pulang gak bawa gelar?” ucapnya lirih. Bagi Febra, bertahan bukan sekadar pilihan, tapi tekad yang belum bisa ia lepaskan.
Pada tahun 2024, Febra nekat mendaftar ke IIQ Jakarta. Tak mudah. Untuk bayar cicilan awal kuliah, ia harus pinjam ke tiga orang sekaligus. Bahkan, ia harus melewatkan PBAK karena jika tidak mengojek tiga hari saja, ia bisa diusir dari kontrakan. “Jadi PBAKnya tahun depan insya Allah, karena kalau saya gak narik, saya nggak bisa tetap di kontrakan dan makan,” ujarnya jujur.
Tunggakan kuliah? Tentu ada. Saat itu, di akhir semester 1, Febra harus menghadapi kenyataan pahit: tunggakan lebih dari Rp 12.000.000,00 untuk bisa lanjut ke semester 2. Tapi semangatnya tak goyah sedikit pun. “Waktu tahu bisa dicicil Rp 200.000,00, aku langsung ajukan. Karena cuma segitu yang aku punya,” tuturnya.
Demi mewujudkan impiannya kuliah, Febra harus pandai-pandai membagi waktu. Pagi hingga siang ia habiskan di kampus, lalu sore sampai malam ia kembali sebagai pengemudi ojek online. Hafalan Al-Qur’an tak ditinggalkan, ia cicil di sela-sela waktu antar pesanan. Bahkan, tak jarang ia meminta teman-teman sesama ojek di pangkalan untuk menyimak hafalannya. “Alhamdulillah, mereka yang awalnya gak pernah megang mushaf, jadi ikut megang karena lihat aku bawa Qur’an terus,” ujarnya dengan mata berbinar. Dalam diam, perjuangannya menebar cahaya.
Bagi Febra, kuliah bukan sekadar perburuan gelar, pendidikan itu adalah upaya untuk memperbaiki arah hidup. “Di dunia ngojek, kita semua dipandang sama rata. Dunia tanpa pendidikan itu gelap,” katanya tegas. “Aku ingin kembali ke dunia pendidikan supaya bisa punya circle yang sehat dan lebih baik.”
Kini, meski lelah mengejar waktu antara kampus dan jalanan, Febra benar-benar menikmati hari-harinya sebagai mahasiswa. “Karena kalau sudah di luar jam kuliah, aku tuh sepi. Kuliah itu semangat buatku,” ucapnya sambil tersenyum. Senyum yang menyimpan letih, tapi juga penuh harapan.
Kini, selain menjalani peran sebagai mahasiswi dan pengemudi ojek online, Febra juga aktif berbagi kisah inspiratif melalui media sosial. Ia dikenal di TikTok lewat akun @Nifebra, tempat ia menyuarakan semangat perjuangan, refleksi kehidupan, hingga motivasi bagi sesama pejuang mimpi. Di dunia nyata maupun digital, Febra terus melaju. Bukan hanya untuk dirinya, tapi juga untuk mereka yang butuh alasan untuk tetap bertahan.
Penulis: Sufa Alwafiah Jamyza
Proofreader: Ayfia Amireyl Fitrothy
Comments
Post a Comment