Pemotongan Anggaran Pendidikan Tinggi: Mahasiswa Gelar Aksi "Indonesia Gelap"


  
       Sumber: idntimes.com

Jakarta, 8/3/2025 – Mahasiswa di berbagai kota besar Indonesia menggelar aksi protes bertajuk "Indonesia Gelap" sebagai respons terhadap kebijakan pemerintah yang memangkas anggaran pendidikan tinggi. Pemotongan ini dilakukan untuk mengalihkan dana sebesar 19 miliar dolar AS guna mendanai program makan gratis bagi siswa sekolah (Kompas, 7 Maret 2025).

Sektor pendidikan menjadi salah satu yang terkena dampak efisiensi anggaran yang dilakukan pemerintah. Kebijakan ini merujuk pada Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2025 tentang efisiensi belanja dalam Pelaksanaan APBN dan APBD TA 2025 yang ditetapkan pada 24 Januari 2025. Pemotongan anggaran untuk Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) juga tercantum dalam Surat Menteri Keuangan No. S-37/MK.02/2025, yang mengatur target efisiensi belanja di berbagai sektor.

Aksi protes berlangsung di sejumlah kota, termasuk Jakarta, Yogyakarta, dan Medan. Sejumlah mahasiswa mengenakan pakaian serba hitam serta membawa poster-poster yang mengkritik kebijakan pemerintah. Mereka khawatir pemotongan anggaran ini akan melemahkan sistem pendidikan dan layanan sosial lainnya (Tempo, 6 Maret 2025).

Selain itu, para mahasiswa juga menyoroti peran militer yang semakin meluas dalam pekerjaan sipil serta kurangnya subsidi gas elpiji 3 kg. Meskipun kantor presiden menyatakan bahwa pendanaan pendidikan tidak akan terpengaruh, mahasiswa tetap meragukan pernyataan tersebut (The Jakarta Post, 7 Maret 2025).

Pemotongan anggaran pendidikan tinggi ini menunjukkan adanya perubahan prioritas pemerintah dalam alokasi dana. Meskipun program makan gratis memiliki manfaat jangka panjang bagi pendidikan dasar, dampaknya terhadap perguruan tinggi bisa cukup serius. Pengurangan dana dapat berujung pada keterbatasan fasilitas, berkurangnya beasiswa, hingga potensi kenaikan biaya pendidikan bagi mahasiswa. Dalam jangka panjang, hal ini bisa memperlebar kesenjangan pendidikan, terutama bagi mahasiswa dari keluarga kurang mampu. Sebagai perbandingan, beberapa negara lain yang menerapkan program serupa tetap mempertahankan investasi besar dalam pendidikan tinggi agar daya saing akademik tetap terjaga.

Di sisi lain, program makan gratis yang direncanakan pemerintah bertujuan untuk mengatasi malnutrisi anak dan meningkatkan ekonomi lokal. Namun, para kritikus berpendapat bahwa alokasi dana tersebut kurang tepat sasaran, terutama di tengah tingginya tingkat pengangguran, khususnya di kalangan pemuda berusia 15 – 24 tahun (Detik.com, 7 Maret 2025).

Hingga saat ini, Presiden Prabowo Subianto belum memberikan komentar resmi terkait aksi protes yang meluas. Pejabat pemerintah menyatakan bahwa mereka masih mengevaluasi tuntutan yang disampaikan oleh para mahasiswa (Kompas, 8 Maret 2025).


Penulis: Sufa Alwafiah Jamyza 

Proofreader: Anisa Aulia  



Comments

Popular posts from this blog

Perjalanan Tanpa Akhir: Kisah Nafisatul Millah

Berjuang di Tengah Deru Mesin: Kisah Febra, Mahasiswi Ojol yang Tak Menyerah pada Keadaan

Sayaka: Perjalanan Hati dari Negeri Sakura ke IIQ Jakarta