Menggali Akar Sejarah LPM REDDAR IIQ Jakarta: Orientasi Perspekta 2025-2026
Jumat, 8 November 2024, di Pesantren
Takhasus IIQ Jakarta. Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Reddar IIQ Jakarta memulai
rangkaian pelatihan PERSPEKTA bagi anggota baru periode 2025-2026. LPM
mengawali pelatihan dengan tema pembahasan terkait sejarah dan urgensi
dibentuknya LPM oleh Bapak Abdul Rasyid Masykur,M.A. selaku pimpinan IIQ PRESS.
Mengawali pemaparan, beliau
menekankan pentingnya sejarah bagi setiap lembaga. "Negara yang besar itu
adalah negara yang tidak lupa sejarah, maka suatu lembaga yang tidak tahu
sejarahnya akan hancur," tutur beliau. Sejarah LPM Reddar, yang sudah
berdiri selama 12 tahun, mencatat berbagai momen penting seperti kunjungan
tokoh nasional, hingga peran aktif dalam peliputan peristiwa kebakaran di IIQ.
LPM IIQ Jakarta berdiri pada tahun
2012 dan sempat vakum selama setahun, kemudian aktif kembali pada tahun 2013
dan sudah memisahkan diri dari DEMA menjadi UKM. Pada awal berdirinya, LPM
mengawali publikasi dengan "Kabar IIQ" yang hanya berupa satu lembar
kertas, dicetak sebanyak 1.000 eksemplar. Seiring waktu, penerbitan ini
berkembang dari mingguan menjadi bulanan. Abdul Rosyid juga menyarankan agar
majalah LPM dapat terbit setiap semester, dengan target cetak 200 hingga 500
eksemplar. Selain itu, beliau mengusulkan LPM untuk mencari sponsor dari alumni
dan pihak-pihak terkait demi kelangsungan penerbitan.
Dalam sesi tersebut, beliau
menekankan bahwa kritik harus punya peta, seperti kritik internal terhadap
kampus sebaiknya disampaikan secara tertutup, melalui audiensi atau surat
resmi, bukan di media sosial. Menurutnya, “Kritik untuk IIQ cukup jadi konsumsi
internal, jangan disebar ke luar, cukup kita yang tahu dapur kita” tutur
beliau.
Penyampaian
sejarah LPM tentunya menarik dan memicu peserta Perspekta untuk berdialog
aktif dengan pemateri dan memunculkan
pertanyaan “apa urgensi LPM hadir di IIQ Jakarta?” Abdul Rosyid menyampaikan
bahwa LPM adalah wadah bagi orang-orang yang kritis, banyak membaca, dan
berorientasi pada kebenaran. Ia mendorong anggota LPM untuk memperluas cakupan aktivitas,
seperti membuat podcast atau radio
kampus, serta meningkatkan keterampilan public
speaking.
Pada akhir sesi, beliau mengingatkan
pentingnya validitas data dalam jurnalisme. “Pers yang benar itu berpijak pada
dokumen dan data yang valid, hati-hati dalam menulis,” tegasnya. Sebagai
motivasi, beliau mengutip Bapak Pers Nasional, Tirto Adhi Soerjo, yang dikenang
melalui karyanya dalam film Bumi Manusia.
Dengan pelatihan ini, diharapkan
anggota baru LPM Reddar IIQ Jakarta tidak hanya memahami sejarah lembaga,
tetapi juga semakin termotivasi untuk mengembangkan karya jurnalistik yang
kritis dan berdampak positif bagi kampus.
Penulis: Sufa Alawiyah
Proofreader: Hanifah Jawahir
Comments
Post a Comment