Sejarah Baru HUT RI: Antara Kebanggaan dan Kontroversi
Perayaan HUT Kemerdekaan Indonesia yang ke-79 pada 17 Agustus 2024 mendatang, untuk pertama kalinya akan dilaksanakan di dua tempat, yakni Ibu Kota Nusantara (IKN) dan Jakarta. Presiden Indonesia ke-7, Ir. H. Joko Widodo (Jokowi) dan presiden terpilih 2024-2029, Jenderal TNI (HOR) (Purn) Prabowo Subianto akan memimpin langsung upacara di IKN. Sementara Wakil Presiden Indonesia ke-13, Prof. Dr. (H.C.) K.H Ma'ruf Amin dan wakil presiden terpilih 2024-2029, Gibran Rakabuming Raka, B.Sc. akan memimpin upacara di Istana Kepresidenan Jakarta.
Dilansir dari Kompas.com, presiden Jokowi mengatakan upacara peringatan kemerdekaan kali ini dilaksanakan di dua tempat karena masih dalam masa transisi, "Ini kan masa transisi ya, masa transisi dari Jakarta menuju ke IKN agar ada perjalanan menuju pindahnya itu kelihatan." ujarnya. Sedangkan upacara kemerdekaan di tahun berikutnya dapat dilaksanakan di IKN, setelah terbit Keputusan Presiden (Keppres) mengenai perpindahan ibu kota dari Jakarta ke IKN.
Pelaksanaan kegiatan di dua tempat ini mengundang berbagai reaksi masyarakat. Selain memunculkan komentar “mengukir sejarah baru”, muncul kontroversi terkait dengan alokasi anggaran yang tidak kecil. Dilansir dari catchmeup.co, untuk menggelar perayaan 17-an di IKN ini, negara menggelontorkan dana hingga Rp. 87 miliar. Kemenkeu Isa Rachmatarwata menyampaikan bahwa angka ini mengalami kenaikan dari acara di Jakarta tahun lalu yang hanya mencapai Rp53 miliar. Mengenai hal ini presiden Jokowi telah mengonfimasi bahwa memang ada kenaikan anggaran tapi bukan, “Lompatan yang anu, saya kira anggaran biasa, wajar.” katanya.
Persoalan lain yang timbul dari penyelenggaran kegiatan 17 Agustus di IKN adalah titik mula Pembangunan IKN banyak dilewati kendaraan proyek dan kendaraan panitia persiapan upacara di IKN, sehingga warga yang rumahnya berada di sekitar lokasi mengeluh sebab proyek tersebut banyak menghasilkan debu yang mengganggu pemukiman. Terlebih persoalan lahan milik warga yang sudah diratakan dengan alat berat belum juga selesai. Selain itu. desain Istana Garuda karya I Nyoman Nuarta di IKN-pun turut menuai sorotan dan mendapat kritikan, banyak warganet yang berpendapat bahwa desain ini seperti rumah kelelawar, terkesan suram, dan memiliki nuansa mistis.
Disamping segala kontroversi yang ada, saat ini duplikat bendera pusaka Merah Putih dan naskah asli Proklamasi sudah dibawa kirab dari Monas ke IKN. Hotel-hotel di Samarinda dan Balikpapan-pun sudah full booked, hingga rumah-rumah warga di Kabupaten Penajam Paser Utara sekitaran IKN akhirnya disulap sementara menjadi guest house.
Penulis: Najwa Hafizho Ikram Tarigan
Proofreader: Lubna Syhahira Nurfadhela
Comments
Post a Comment