Resensi Buku “Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat” (The Subtle Art of Not Giving a F*ck)
Resensi Buku “Sebuah Seni untuk Bersikap
Bodo Amat”
(The Subtle Art of Not Giving a F*ck)
Identitas Buku
Judul :
Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat
(The
Subtle Art of Not Giving a F*ck)
Penulis : Mark Manson
Penerbit :
Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2018
(di versi Bahasa Indonesia)
Jumlah Halaman : 246
halaman
Pendahuluan
Hidup pada zaman saat segalanya berjalan
begitu cepat, menuntut kita untuk memperdulikan begitu banyak hal. Isu-Isu
berat datang silih berganti membuat kepala ikut merasa penat. Media sosial yang
kini telah menjadi bagian dalam hidup, memungkinkan setiap orang untuk
terhubung dengan jutaan orang lainnya di seluruh dunia, namun secara bersamaan juga
mengantarkan kita pada tantangan sosial dan psikologis yang unik. Media sosial umumnya
hanya menampilkan kehidupan yang ‘selalu’ sempurna, memberi konsumsi informasi
yang berlebih, menumbuhkan budaya ‘like’ dan validasi eksternal, tekanan
untuk terus mengikuti arus trend, hingga perbandingan sosial yang tak
berujung.
Berbagai tantangan ini memaksa kita untuk mempertanyakan
ulang nilai-nilai yang diyakini, serta mengajak untuk kembali memilah mana hal
layak yang dipedulikan, dan mana yang lebih baik disikapi dengan ‘bodo amat.’
Mark Manson, seorang blogger dan
penulis terkenal, menawarkan perspektif baru. Ia mengajak pembaca untuk lebih
realistis dalam hidup dan menemukan kebahagiaan yang bermakna dalam bukunya
yang berjudul "Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat" (*The Subtle Art
of Not Giving a F*ck).
Sinopsis
"Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo
Amat" (The Subtle Art of Not Giving a F*ck), dimulai dengan premis
bahwa kebahagiaan tidak selalu diperoleh dengan berpikir positif dan mengejar
hal-hal besar dalam hidup. Bab pertamanya yang berjudul ‘jangan berusaha’
membuat pembaca tercengang melihat pendekatan yang dipilih Manson berbeda
dengan buku pengembangan diri pada umumnya. Manson mengemukakan bahwa upaya
untuk selalu menjadi positif justru dapat membawa tekanan dan stres berlebih.
Pada bab-bab lainnya, pembaca akan
disuguhkan konsep ‘memilah kepedulian.’ Hidup akan lebih damai dan otentik saat
‘hanya berfokus pada apa yang benar-benar penting’ dan ‘membiarkan hal-hal
remeh pergi’. Pentingnya tanggung jawab pribadi, batasan diri, dan keberanian
untuk menghadapi serta menerima kegagalan atau penolakan dijelaskan dengan
jelas. Hal ini dipaparkan sebagai bagian alami dari kehidupan yang tak boleh
diabaikan.
Kelebihan
·
Pendekatan
yang berbeda dan fresh
Pendekatan Realistis dan Sarkastik ala Manson
menawarkan sudut pandang yang unik dan tidak biasa dalam genre pengembangan
diri.
·
Gaya penulisan
yang menarik dan menghibur
Gaya bahasa yang lugas, humoris, dan
kadang-kadang provokatif membuat buku ini mudah dibaca dan sangat menghibur,
seperti sedang mendengarkan saran dari teman dekat.
·
Pesan yang
tentang Otentisitas dan Ketulusan
“Sebuah seni untuk bersikap bodo amat,”
menekankan pentingnya hidup dengan nilai-nilai pribadi yang sejati dan tidak
terpaku pada standar kesuksesan orang lain. Pesan tentang otentisitas dan
penerimaan diri sangat relevan di era media sosial saat ini.
·
Contoh Nyata
dan Relatable
Ada banyak kisah-kisah unik dan out of
the box dari kehidupan Manson sendiri maupun pengalaman orang lain.
Kisah-kisah tersebut dijadikan sebagai contoh untuk mengilustrasikan konsep
yang ia paparkan. Sehingga pembaca dapat dengan mudah menghubungkannya dengan
pengalaman pribadi.
Kekurangan
·
Bahasa yang
Terkadang Kasar
Gaya bahasa yang terlalu ‘apa adanya’ dan
terkadang kasar bisa jadi tidak disukai sebagian orang, terutama bagi para
pencari nasihat dengan pendekatan yang halus dan sopan.
·
Kurangnya
Kedalaman Teoritis
Buku ini didasari oleh pengalaman pribadi
Manson maupun orang lain sehingga lebih bersifat reflektif ketimbang berbasis
penelitian ilmiah atau teori psikologis mendalam. Buku ini tidak disarankan bagi
pembaca yang mencari panduan psikologis berbasis penelitian atau bersifat
ilmiah.
Penulis: Najwa
Hafizho Ikram Tarigan
Proofreader: Hanifah Jawahir
Layouter: Nur
Aulia Reski
Comments
Post a Comment