Sema IIQ Gelar Pelatihan Kepemimpinan Bagi BKKBM

 

Sumber Foto: Dokumentasi Panitia 

Senat Mahasiswa (Sema) Institut Ilmu al-Qur’an Jakarta menggelar Latihan Kepemimpinan (LK) bagi pengurus BKKBM, secara virtual, pada Senin (7/6/2021).

Pelatihan Kepemimpinan yang diikuti oleh 138 peserta menghadirkan sejumlah pembicara, diantaranya Dr. Hj. Umi Husnul Khatimah, MA., dan Ikhwan Nasution, SH. I. Acara tersebut juga dihadiri oleh Warek III Dr. Romlah Widayati, M. Ag., dan Kepala Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Iffaty Zamimah, MA.

Pelatihan Kepemimpinan kali ini bertemakan "Membangkitkan Jiwa Kepemimpinan dan Keorganisasian yang CERIA (Cekatan, Edukatif, Religius, Inovatif dan Amanah)", yang bertujuan untuk membangun jiwa pemimpin bagi setiap individu pengurus.

Menanggapi hal tersebut, sebagai pemateri pertama Dewan Pengawas Syariah Umi Husnul Khatimah menuturkan, bahwa kepemimpinan memiliki 6 prinsip dasar, diantaranya kebersamaan, kepercayaan, transparan, obyektif, keteladanan, dan ketaatan.

Pada materi ini Umi pun menekankan, bahwa jangan sampai organisasi dijadikan sebagai pelarian dari tahfiz. Keduanya harus seimbang, maka dari itu perlunya manajemen waktu yang baik.

Umi yang juga aktif sebagai Anggota Pengurus Pleno DSN-MUI juga memaparkan, sebagai pemimpin, seseorang perlu memiliki kemampuan dalam membaca situasi. Mengingat ketika awal masa pandemi berlangsung, laju kerja organisasi pun terkena dampaknya. Maka demikian, ia menyarankan untuk membuat program menjadi sesuatu yang fleksibel, guna menyesuaikan keadaan yang terjadi, serta apa yang dibuat dan dicanangkan adalah sesuatu yang diperlukan bagi mahasiswi.

Beranjak pada materi kedua, Ikhwan Nasution Pimpinan Pondok Pesantren Hayatussyarif Sukabumi, yang juga aktif sebagai Coach and Trainee di berbagai lembaga atau perusahaan, menjelaskan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan mengorganisir orang lain, bukan memobilisasi.

Menjadi pemimpin mempunyai tantangan tersendiri. Tion (panggilan akrabnya) mengutip perkataan Imam Al-Ghazali bahwa manusia memiliki 4 unsur dalam dirinya. Hal demikian yang membuat posisi pemimpin dikatakan cukup sulit, karena perlu memahami karakter manusia yang memiliki 4 unsur tersebut. Maka dapat disimpulkan bahwa kegagalan yang timbul dalam kepemimpinan, karena pemimpin kurang memahami anggotanya.

Tion memiliki teori tersendiri mengenai tingkatan kepemimpinan, diantaranya yang pertama yakni seorang yang memiliki gagasan dan ide. Kedua, seorang yang dapat meyakinkan orang lain terhadap idenya. Ketiga, seorang yang memiliki argumentasi kokoh terhadap ide tersebut. Keempat, seorang yang memiliki kemampuan untuk merealisasikan ide yang telah ia canangkan. Posisi keempat sebagai tingkatan tertinggi dari sikap kepemimpinan yang dimiliki manusia. 

Berlanjut dalam sesi diskusi, menjawab pertanyaan peserta tentang keistiqomahan agar terus bersemangat dalam menjalani tugas, Tion membagikan pengalamannya. Ia menjelaskan bahwa dirinya tidak mempunyai definisi sukses dalam hidupnya. Baginya sukses merupakan stasiun akhir, tolak ukur sukses menurutnya justru menjadikan sifat labil pada manusia.

"Jangan main main dengan definisi sukses, karena susah istiqomah. Jangan punya ukuran karena kita tidak tahu akhirnya kapan", ujar Tion menjawab pertanyaan peserta.

"Fisikmu di rumah tapi fikiranmu harus mengembara. Tujuan manusia itu bukan hanya pada akalnya. Saya menyadari bahwa yang di sekolahkan umumnya hanya akal, namun jiwanya tidak sekolah. Jadi walaupun akal kita 8, jangan-jangan jiwa kita masih 3, semoga dalam kepengurusan kali ini menjadi sekolah yang tidak langsung, dan direncanakan oleh Tuhan agar jiwa kita menjadi lebih baik", ujar Tion menutup diskusi kali ini.


Penulis: Liana Nur Arifatul Inayah 

Comments

Popular posts from this blog

Perjalanan Tanpa Akhir: Kisah Nafisatul Millah

Berjuang di Tengah Deru Mesin: Kisah Febra, Mahasiswi Ojol yang Tak Menyerah pada Keadaan

Sayaka: Perjalanan Hati dari Negeri Sakura ke IIQ Jakarta