FGD FKMTHI: RA. Kartini, KH. Soleh Darat, dan Kitab Tafsir Faidhurrahman
![]() |
Pamflet Diskusi bersama FKMTHI Sabtu (24/4/2021) |
Forum Komunikasi Mahasiswa Tafsir Hadist Indonesia (FKMTHI) wilayah Jakarta-Banten mengadakan Focus Group Discussion (FGD), dengan tema "RA. Kartini dan K.H. Soleh Darat (Awal Mula Dikarangnya Kitab Tafsir Faidhurrahman)," Sabtu (24/42021).
Tidak banyak orang yang mengetahui sejarah detail terbentuknya Kitab Tafsir Faidhurrahman, yang ternyata ada peran penting RA Kartini di dalamnya. Penafsir kitab tersebut adalah Kiyai Soleh Darat dikenal sebagai seorang ulama yang memiliki pengetahuan luas hingga melahirkan sejumlah karya-karya monumental. Tidak hanya itu, banyak tokoh-tokoh besar yang pernah berguru kepada Kiyai Soleh Darat. Tak heran jika beliau dijuluki Romo Kiyai (Bapaknya para Kiyai).
Webinar yang diadakan menjelang berbuka puasa tersebut menghadirkan pemateri yang sangat luar biasa mereka adalah M. Abror Rohim seorang alumni IAT UIN Walisongo dan Nur Aminah Al-Khairy ketua SEMA IIQ Jakarta.
Abror Rohim memaparkan sejarah detail terbentuknya Tafsir Faidhurrahman, saat itu RA Kartini mengalami pengalaman tidak menyenangkan selama belajar Islam. Gurunya memarahinya karena menanyakan tentang arti sebuah ayat dalam Al-Qur'an, saat menghadiri acara pengajian Kiyai Soleh Darat, Kartini sangat tertarik dengan Kiyai tersebut. Beliau mengajarkan interpretasi Surat Al-Fatihah. Kemudian, Kartini meminta guru spiritualnya tersebut untuk menerjemahkan Al-Quran, karena menurutnya membaca kitab suci yang tidak diketahui maknanya tidak ada artinya. Awalnya Sang guru merasa tidak mampu untuk menjadi seorang penafsir Al-Quran, karena menurutnya itu semua membutuhkan ilmu yang sangat luas. Namun Kartini terus meyakinkan Sang guru bahwa beliau bisa melakukan hal tersebut.
Pada masa itu penjajah Belanda secara resmi melarang seseorang menerjemahkan Al-Qur'an, dan para ulama pun juga melarang hal tersebut. Namun, Mbah Soleh Darat menentang larangan ini. Atas permintaan Kartini dan permintaan pendakwah, ia menerjemahkan Al-Qur'an dan menuliskannya ke dalam pasak agar penjajah tidak meragukannya. Tafsir dan terjemahan Al-Qur'an tersebut yang kita kenal sekarang sebagai Tafsir Faidh al-Rahman fi Tafsir Al-Qur'an
Buku tersebut ia serahkan kepada RA Kartini sebagai kado pernikahan. Kartini mulai mempelajari arti Islam yang sebenarnya. Kartini sangat menyukai hadiah ini. Dia berkata: "Selama ini Al-Fatihah gelap bagiku. Aku sama sekali tidak mengerti artinya. Tapi mulai hari ini dan seterusnya, arti tersiratnya sangat jelas, karena Romo Kiyai sudah menjelaskannya dalam bahasa Jawa yang aku mengerti. "
Melalui kitab ini, Kartini juga menemukan sebuah ayat yang sangat menyentuh hati nuraninya. Surat Al-Baqarah ayat 257, yang menyatakan bahwa Allah telah menuntun orang-orang beriman dari kegelapan menuju terang (Minadh-Dhulumaati ilan Nuur). Kalimat dari Minadh-Dhulumaati ilan Nuur meninggalkan kesan mendalam pada Kartini, artinya ia beralih dari kegelapan menjadi terang karena melalui proses transformasinya sendiri.
Kata “Minazh-Zhulumaati ilan-Nuur” dalam bahasa Arab tidak lebih dari esensi dakwah Islam, yang artinya: membawa manusia dari kegelapan (kebodohan) ke tempat terang (petunjuk atau kebenaran).
Selanjutnya Nur Aminah Al-Khairy memaparkan tentang keistimewaan seorang wanita. Menurutnya Kartini sama hebatnya dengan perempuan-perempuan di zaman Nabi.
Beliau mampu melegendakan emansipasi wanita, bebas dari perbudakan yang berkaitan dengan berbagai aspek kehidupan bermasyarakat.
Beliau mengutip sebuah hadist tentang kemuliaan seorang perempuan yang diberi ganjaran berupa pahala mati syahid. Bahkan pahala mati syahid ini disetarakan dengan pahala para syuhada yang berperang di medan jihad. Hal ini tidaklah berlebihan, mengingat peran besar seorang ibu yang rela mempertaruhkan nyawanya di situasi kritis seperti melahirkan.
Di akhir diskusi ia memberikan 3 bekal seorang muslimah millenial:
1. Harus memiliki iman yang teguh
2. Muslimah harus kaya akan pengetahuan yang benar.
3. Mampu mem-filter info berita yang ada (tabayyun).
Point penting dari webinar tersebut adalah tak ada petunjuk hidup yang lebih benar selain Al-Qur'an, serta pendidikan bagi seorang wanita itu sangat penting, karena kelak akan membantu meringankan tugas mereka yaitu berjihad untuk mendidik para calon mujahid dan mujahidah agama ini.
Penulis: Herni Rahmawati
Comments
Post a Comment